Jumat, 01 April 2011

Suami Yang Sabar

Seorang lelaki yang bekerja di salah satu perusahaan terkenal, dalam posisinya dapat dibilang bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menceritakan kesuksesannya sebagai eksekutif. Tetapi sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 50 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi lelaki masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah 32 tahun. Dikaruniai 3 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke tiga. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja dia sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah berkantornya tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu baginya sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan olehnya lebih kurang 20 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 3 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya-- karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing- - Dia memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu 'agar semua anaknya dapat berhasil'.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu." Sambil air mata si sulung berlinang.

"Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku. ..Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." ternyata sang bapak menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anaknya, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno...dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……

Kemudian dia bercerita pada anak-anaknya : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Bapak memilih ibu kalian menjadi pendamping hidup bapak, dan sewaktu sehat ibu kalian pun dengan sabar merawat bapak, mencintai bapak dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi bapak 3 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat ibu kalian sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi bapak, apakah bapak dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu bapak mencari penggantinya apalagi sakit...” Sambil menangis

" Setiap malam bapak bersujud dan menangis dan bapak hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan bapak yakin hanya kepada Allah bapak percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia bapak..."BAHWA CINTA BAPAK KEPADA ISTRI, BAPAK SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar